Day 5 – Discuss YourFeelings on theWord “Love” and the Way It’s Used in Today

Love sometimes works out of your control. When you want to keep the distance and try not think about it, there is always a way for universe to pull of the magnet and bring you back to the circle. It’s so funny when a smile can boost up your mood or a short conversation recharge your life battery for a day.  Distract your work by 3-second-imagination, but can bring double energy to finish the work well, as soon as possible. Weird, but you always enjoy to be that weirdo.

 

P.S.

Anyway, I had skype conversation this morning. Me and my friend had sarcasm joked, one of that is “do you still love me?” and I answered “yes I do, babe~~”. Haha.

(It’s the way I used love word today. My life is not just for loving a boy,  but also for everyone I want to be with)

 

 

Day 4 – Your Most Significant Childhood Memory

There are million memories of childhood in my mind, from fainted in the traditional market, habitual of drink something cold ( everything) or fell down from the top of the stairs. However I have one significant. Actually I wasn’t a bad kid (yes I’m sure I was calm), but I really love to bother my 9 years elder brother. It could be said that I’m a fan of him, so I want to follow my brother wherever he would go even bathroom haha. I would love to play with him, learned playing keyboard in hoping able play as well as him, want to play with his friend, did make up on his face while he was sleeping, and the worst, whimpered just for forcing him do something to me. As a teenager boy, of course this little (pretty) devil was super duper annoying. Until one day, it overs the limits of patience, (I forgot the details) but I remembered that day I followed him to the cupboard with snacks inside. I asked him something, but he didn’t want. I forced it more and more, he really really really got mad. Apparently, he clamped my finger between cupboard door. “HUAAAAAAAAAAAAA” I screamed then cried a lot, and he left me there, haha. Since that time, I tried to be a better sister by stopping whimper him (but still forcing haha)

Final Stage

Since last week, I officially entered the final stage of my master study: thesis. It  feels like I wrapped the time through the time fast. I remember a year ago, on April, I just graduated from my university and amazed that I already passed this stage.

And now, I am doing my final master project, with rubber industry as my topic. Yeah, kind of de javu of what I did before, but it’s not a repetition since what I had done is totally different. I am not a product design student anymore, now I’m studying business design, so I have to take business as the approach.

I hope these month will works well, while I am preparing the portfolio for the new phase of my life on the next few months!

Terima Kasih

I’m officially 23 years old now! Umur yang bikin gue ngerasa nggak abege lagi, karena 2 tahun lagi gue ada di semperempat abad hahaha. Not bad. Tahun ini berbeda dengan tahun-tahun yang lalu gue ngerayain ulang tahun di Bandung atau Bengkulu, sekarang gue ada di Milan.

Gue banyak dapet hadiah dan kejutan dari temen-temen di sini, keluarga dan temen-temen yang jauh di sana. Mulai dari tiramisu (yeah, they made me as tiramisu girl) plus kado, nyanyian dari (ehm) pacar, ucapan yang banyak banget, ilustrasi, dimaenin gitar dan dinyanyiin, karaoke skype, video dari  Nicholas Saputra sampe foto-foto aib yang muncul ke publik ._. Sekarang gue masih nunggu paket dari keluarga dan pacar.

Rasanya? SENANG. SENANG. SENANG. Bukan karena seberapa bagus kado mereka, atau suara mereka dan lain-lain, tapi ini tentang rasanya disayang dan diingat, baik saat gue di dekat maupun jauh dari mereka. Tentang ribuan mil yang sama sekali nggak terasa, dan tentang 0 mil yang terasa seperti menyatu di dalam tubuh. *garing*.  *speechless*. Hahaha, pokoknya I feel so blessed lalala

Terima kasih semuanya, TERIMA KASIH. Mungkin gue nggak bisa bales apa-apa, tapi doakan gue bisa buat kalian bangga.

Love,

Dinda

Bianglala

Kata orang, semua ada waktunya, dan semuanya bakal dateng di saat yang tepat.

Kuncinya adalah sabar…

Kadang ada masanya kita berada di bawah, dan kadang di atas.

Kaya naik bianglala, jangankan untuk berada di puncak, terkadang untuk masuk ke bianglala aja lo harus antri dan menunggu.

Nikmatin saat-saat lo harus ngantri. Mungkin bisa sambil ngobrol dengan orang-orang

Nikmatin sensasi ketika lo mulai naik ke atas.

Ketika berada di puncak, nikmati semua pemandangan dari atas sana

Tetapi sempatkan untuk melihat ke bawah, karena di sana adalah asal kita berada dan tempat kita akan kembali.

Terima Kasih untuk 4,5 Tahun

Tadi gue abis ngeliat foto sidang dan yudisium angkatan di bawah gue. Jadi keinget setahun yang lalu, 20 Desember 2011, hari paling menyenangkan sekaligus paling menyedihkan bagi gue. Sidang dan yudisium, proses yang mengakhiri perjalanan hidup gue di bangku sarjana selama 4,5 tahun. Beberapa orang bilang itu waktu yang cukup lama untuk lulus, tapi nggak bagi gue. Gue sama sekali ngak menyesal dengan keputusan gue untuk mengundur wisuda 1 semester.

Dimulai dari awal tahun 2007, saat semua orang mulai nyari-nyari tempat kuliah, guepun juga begitu. Ya sebagai seorang anak yang lahir dan tumbuh di lingkungan dokter, tentu orang tua menyarankan gue masuk kedokteran atau jurusan lain yang berhubungan, seperti farmasi. Gue juga sempet kepikiran mau masuk psikologi, karena minat gue di sana. Tapi ada satu kejadian yang di kemudian hari bikin gue percaya, takdir dan jodoh itu memang sesuatu yang nggak bisa kita pastikan, sampai itu terjadi. Ketika gue lagi baca majalah, gue membaca rubrik pekerjaan yang sedang meningkat saat ini, dan salah satunya Visual Merchandiser. Disebutkan di profil VM, dia berasal dari jurusan Desain Produk. Apa itu? Gue berusaha nyari tau dan langsung nemu universitas yang punya jurusan desain produk: ITB.

Singkat kata, tanpa  pikir panjang gue langsung milih ITB sebagai tujuan gue. Sempet ngerasa jiper karena dulu kakak gue yang juara umum aja nggak diterima di ITB, apalagi gue? Belum lagi beberapa temen yang meragukan kemampuan gue. Dengan bismillah gue ikut ujian saringan masuk yang diadain bulan Maret di Palembang. Sebelum ujian masuk, gue kesampingin semua urusan sekolah dan fokus persiapan ujian.

Selain ITB, gue juga ikut ujian masuk UGM di Jakarta dengan pilihan psikologi, farmasi dan filsafat. Tepat malam sebelum ujian, pengumuman ITB keluar dan hasilnya: Gue diterima! Gue senengnya bukan main, berasa nggak percaya. Efeknya jadi jelek sih, karena tau diterima, besoknya pas ujian gue nggak konsen dan malah sempet ketiduran. Walaupun di kemudian hari Alhamdulillah gue diterima juga di UGM.

Sejak Agustus 2007 gue memulai hidup di Bandung sebagai mahasiswa ITB. Di masa awal sempet terasa sulit karena ini pertama kalinya gue ngekos, jauh dari orang tua dan jadi mahasiswa yang artinya gue bertanggung jawab sama diri gue sendiri. Gue memulai pelajaran dari nol, setiap hari dijejalin gambar dan rupa dasar yang mungkin banyak dilihat jurusan dan orang lain sebagai hal yang mudah. “Ah, gambar doang” begitu kata mereka. Tapi bagi gue dan teman-teman, itu terasa lebih susah dari eksak dan ilmu pasti, karena seni rupa (fakultas gue) nggak mengenal 1+1=2.  Pada tahap ini gue mulai mengenal begadang. Setiap hari gue dan temen-temen kuliah sampe sore, dilanjutin dengan kaderisasi sampe larut malem dan ngerjain tugas di sela-sela itu. Pada fase ini banyak banget yang jatuh sakit karena kondisi fisik menurun dan selalu diforsir. Belum lagi kegiatan luar akademis lainnya seperti ikut unit atau kepanitiaan. Tapi menurut gue, di tahun pertama inilah gue bener-bener ditempa secara fisik, mental dan pikiran.

Masuk tahun kedua, ketika penjurusan, gue mulai mengenal apa itu desain produk. Saat itu pertama kalinya gue tahu: gue jatuh cinta dengan desain produk. Mungkin berkutat dengan bengkel, gergaji, grinder, gambar teknik, resin dan lain-lain kadang bikin capek (dan mabok), tapi gue mulai sadar, apa yang gue lakukan saat itu bukan cuma untuk sebuah nilai melainkan untuk membuat hidup manusia menjadi lebih baik. Terdengar heroic memang.

Tahun ketiga, bisa dibilang jadi tahun terpadat, karena selain kuliah dan kepanitiaan, gue mulai ikutan organisasi: INDDES dan Kabinet KM (BEM) plus beberapa lomba. Capek, kadang bosen tapi banyak senengnya. Ibarat pacar, semua kegiatan gue itu bikin gue selalu seneng ketemu dengan mereka. Sejak saat itu gue jadi Miss Curiouscity yang selalu pengen nyoba hal yang baru. Gue sama sekali lupa dengan nilai kuliah dan bagi gue kuliah bukan Cuma duduk di dalam kelas dengerim dosen atau ngerjain tugas. Kulaih adalah 24 jam waktu yang gue habiskan untuk berkembang di dalam dan luar ITB.

Tahun keempat gue belajar memulai usaha bersama temen-temen, yang di kemudian hari dikenal dengan Kopen Wrks. (Inibukubudi) dan juga Prakerta.  Sebuah proses yang membantu gue menghadapi dunia nyata, dan merasa berguna sebagai desainer haha. Sembari gue mengerjakan tugas akhir yang membawa gue ke akhir proses pendidikan di desain produk ITB.

Di akhir proses ini gue tau, meski perjalanan gue selama 4,5 tahun di ITB  bukan sesuatu yang mudah, banyak jatuh dan gagal,  ketika gue melakukan sesuatu dengan niat yang baik, ikhlas, senang dan bertanggung jawab, akan datang hasil yang baik. Gue bisa lulus dengan cumlaude, suatu hal yang gue harap bisa menjadi setitik bahagia buat orang tua dan keluarga gue.

Sekarang, gue berada di Milan, kota di negara antah berantah juga semua berkat apa yang gue alami di sana.  Terima kasih Allah yang menciptakan gue, terima kasih Mama dan Daddy, Mbak Dini dan Mas Bonie, kakak-kakak ipar gue, para keponakan yang lucu, teman-teman sekelas, seangkatan, sefakultas se ITB, se- se- se- dan se-, orang-orang yang pernah “special” di hati gue. Terakhir: terima kasih Bandung. 🙂

Akhirnya tahun baru datang juga! YEAAAAY, Alhamdulillah tahun ini pertama kalinya gue ngerayain jauh dari Indonesia, Amsterdam. It was great! Walaupun itu adalah tahun baru terdingin dan terbasah gue hahaha. Dari 31 Desember sampe dengan hari ini , akhir tanggal 1 Januari, gue seperti disuruh mengingat apa aja yang gue lewati di tahun lalu, mulai dari jadi sarjana, travelling, ikut kompetisi ini itu, diterima S2 sampe bisa tinggal di benua Eropa. Gue bisa bilang gue sangat senang dan bahagiaaaaa di tahun 2012!!!

Dan seperti tahun-tahun sebelumnya dan kebiasaan orang pada umumnya, di awal tahun baru gue membuat sebuah resolusi yang pada akhirnya akan menjadi patokan dalam setahun ini. Hahaha gue sebenernya bingung resolusi gue apa.  Yang pasti insya Allah tahun ini gue bakal naik ke jenjang kehidupan gue selanjutnya: lulus master dan kerja. Gue cuma berharap semuanya bisa lancar, trus gue bisa mengembangkan diri dengan semua kesempatan yang ada. Mungkin step pertama bisa diawali dengan jadi lebih disiplin kali ya, supaya gue bisa lebih produktif dan efisien dalam mengatur hidup gue.

Ya kira-kira gitu deh. Semoga tahun ini lebih banyak surprise yang menyenangkan datang. Amin

 

HAPPY NEW YEAR FROM ASMTERDAM ! 😀

She’s Always a Woman to Me

Hari ini bukan hari yang cukup menyenangkan buat gue, karena gue mengalami beberapa masalah teknis dalam presentasi akhir project gue yang berakhir pada kekacauan dan menyebabkan semua nggak berjalan dengan semestinya. Ke-bete-an itu terus menyebar yang berakhir gue nggak mood ngapa-ngapain. Gue nyoba cari segala cara buat naekin mood yang udah nyeper di tanah, salah satunya dengan “ngadu” dengan seseorang yang jadi tempat gue ngeluarin banyak cerita. Tapi dia balesnya lama karena (ternyata) lagi main PES. Makin betelah gue~

Di tengah kebetean gue itu, gue tersadar, bentar, kayanya gue dulu nggak gini deh. Walaupun gue anak manja, tapi gue paling nggak mau bergantung sama orang lain apalagi memaksa orang lain untuk mendengar keluhan gue, sekalipun itu hal yang sepele. Prinsip gue “I will handle it all by myself”. Yah bisa dibilang untuk beberapa hal gue terlalu mandiri, karena (sekali lagi) meskipun gue terlihat kaya anak mama, sejak SMP gue sudah dihadapkan dengan sesuatu yang mungkin jarang terjadi dengan orang lain, dan gue harus mengatasi sendiri. Sejak saat itu, gue selalu berusaha  untuk mandiri.

“Kemandirian” gue ini terus berkembang saat gue beranjak dewasa dan masuk kuliah. Kadang gue terlalu angkuh untuk meminta tolong atau sekedar berbagi permasalahan gue dengan orang lain. Gue sempat terbuka dengan orang lain, tapi berakhir buruk. Gue kembali tertutup.

Jadilah gue seperti sekarang ini.

Dan malam ini selesai makan malam dan main sama temen-temen, di dalam taksi gue ngedengerin ini sambil ngeliatin hujan salju.

Pada akhirnya gue mulai mengerti, seberapa kuat dan mandirinya gue, gue tetap seorang perempuan, manusia biasa, makhluk sosial yang butuh orang lain.

Streaming Radio PPI Dunia

rrr

Beberapa minggu ini gue lagi sering dengerin radio PPI dunia , streaming radio anak bangsa yang lagi menuntut ilmu di negeri orang. Uniknya (apa sebenernya ini biasa aja, tapi gue aja yang cupu?) siarannya dari negara tempat sang mahasiswa Indonesia berada. Jadi malem ini bisa dari Melbourne, besok siang Norway, malemnya Belanda, dan lain-lain. Jadi, sambil dengerin lagu-lagu, bisa sekalian tau cerita tentang negara sang penyiar.

Ngomong-ngomong tentang lagu, salah satu alasan gue sering denger radio ini adalah karena playlistnya random! Bayangin aja, urutan playlistnya tuh bisa aja dimulai dari Adele, lanjut Hijau daun, trus band lokal ntah dari negara mana, lanjut Yovie Nuno dan diakhiri lagu wajib nasional, hahaha. Ya, sebagai anak Indonesia yang biasa sarapan sambil nontonin dahsyat, suasana lagu top 40 bikin gue feels like home. Jadilah, si radio ini bisa sedikit mengobati hasrat cuci-cuci jemur-jemur gue :’)

Di sisi lain, kalo dengerin radio ini tengah malem begadang nan suntuk,radio ini bisa jadi pembakar semangat gue. Kenapa? Karena mereka sering sharing dan ngasih semangat ke pendengarnya tentang Indonesia dan  sering muterin lagu yang nyeritain tentang tanah air misalnya Indonesia pusaka atau Indovers. Kalo lagi hoki, bisa dengerin rekaman pesan dan semangat dari Nicholas Saputra. Ngingetin gue kalo gue saat ini jauh-jauh sendirian ke negeri antah berantah bukan tanpa tujuan apa-apa, bukan buat menyerah kalo ada masalah dan bukan buat mengeluh. Gue di sini berjuang untuk diri gue, untuk keluarga,temen-temen, untuk negara gue.  Ya semoga pas gue pulang nanti, gue bisa jadi orang yang bermanfaat 🙂